Rabu, 02 Juni 2010

SAUDAGAR BATIK

Novel karangan Ahmad Bakri, diterbitkan oleh Pustaka Jaya di Jakarta tahun 1980. buku ini berukuran 17 cm x 12 cm, tebal 91 halaman.
Dalam novel ini pengarang mengemukakan masalah tuntunan kehidupan sosial dan nilai-nilai pendidikan di lingkungan masyarakat kecil. Keserakahan dan keinginan hidup enak yang berada di luar batas kemampuan dapat mengakibatkan kesengsaraan hidup, seperti dialami Sanukri tokoh utama cerita ini. secara halus pengarang mengamanatkan kepada pembaca, agar tidak mudah percaya kepada bujukan dan mulut manis orang lain karena sering ternyata berupa ulah penipuan belaka..
Novel ini seperti juga novel Ahmad Bakri yang lainnya, Payung Butut, menggambarkan suasana kehidupan masyarakat kecil di pedesan yang diungkapkan dengan penuh humor dalam dialog-dialog yang plastis.

Ringkasan Ceritera
Si Kasnen, anak yatim, bersama-sama dengan ibunya Bi Arwiah menempati sebuah rumah kecil yang sudah melapuk. Bapak Si Kasnen meninggal dunia setelah jatuh sakit ditinggal pergi oleh anak sulungnya, Si Kasja yang pergi tidak kembali karena dimarahi ayahnya.
Ketika bapak Si Kasnen meninggal dunia, keluarga Bi Arwiah ditolong Sanukri tetangga mereka yang terkenal licik dan serakah. Segala pembiayaan pemeliharaan mayat sampai menujuh hari ditanggung oleh Sanukri. Uluran tangan Sanukri itu bukan tanpa udang dibalik batu. Setelah dihitung-hitung semua biaya yang dikeluarkan Sanukri itu, ternyata harus ditebus dengan sebidang sawah warisan almarhum. Padahal keluarga Bi Arwiah sepeninggal suaminya tidak memiliki apa-apa lagi. Bi Arwiah pun jatuh miskin, hidupnya semakin sengsara.
Pada suatu hari datanglah seorang laki-laki tidak dikenal ke kampung Sanukri, dia mengaku bernama Abdul Rajak yang biasa mengunjungi tempat-tempat suci dan keramat. Dia memperkenalkan diri dapat membantu orang-orang yang ingin beroleh kemajuan dalam nerdagang dan kemuliaan hidup lainnya.
Di antara mereka yang tertarik akan omongan Abdul Rajak itu ialah Sanukri. Dia jatuh hati pada buaian kata-kata manis Abdul Rajak sehingga Sanukri mau menyerahkan uang modal dagangannya kepada Abdul Rajak. Uang yang diserahkan Sanukri itu menurut pengakuan Abdul Rajak akan dibawa berziarah ke Cirebon, dan nanti sekembalinya dari sana uang Sanukri akan menjadi berlipat-lipat asalkan dia mau memilih usaha di bidang batik. Sanukri dijanjikan akan dapat menjadi seorang saudagar batik.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, Abdul Rajak tidak pernah kembali lagi. Sanukri pun kena tipu.
Oleh karena Sanukri tidak dapat mengembalikan sejumlah uang yang dijadikan modal dagangannya, dia terpaksa menjual harta kekayaannya sampai habis. Akhirnya Sanukri pun jatuh miskin. Lamunannya menjadi saudagar batik tidak terlaksana.
Keluarga Bi Arwiah terhibur dengan kembalinya Si Kasja, si anak hilang ke kampung halamannya setelah sekian lama menggeluti kepahitan hidup. Kasja pulang kampung sebagai pedagang.

PUSAT PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
1986

Tidak ada komentar:

Posting Komentar