Rabu, 02 Juni 2010

Ngepung KAHAR MUZAKKAR

Novel karangan Adang S, diterbitkan oleh Pustaka Dasentra di Bandung, tahun 1983. buku ini berukuran 18 cm x 12 cm dan tebal 140 halaman.
Dalam nobel ini pengarang mengemukakan maslah ajaran moral dan pendidikan. Perjuangan kalau tidak dibarengi dengan pengorbanan tidak akan berhasil dan manusia jangan meninggalkan badan. Metode menentukan hasil perjuangan. Novel ini menggambarkan ABRI menangkap Kahar Muzakkar di hutan belantara, yang diuangkapkan penuh humor dalam dialog yang enak dibaca.

Ringkasan Ceritera.
Tanggal 24 sampai dengan tanggal 28 Pebruari 1964 batalion 330?Kujang 1 Siliwangi Bandung, bersama teman saya menuju Sulawesi Selatan untuk berperang. Staf batalion tinggal di gedung Natiro Mata di Erekang, sedangkan saya bersama teman harus di Cakke dan tempat tinggalnya di bawah rumah rakyat. Setelah dua hari di Cakke, bertugas operasi ke hutan untuk mengontrol situasi yang dimaksud, setelah itu kembali lagi ke Cakke.
Hari kedelapan mengawal Dan Yon ke COP Batalion 303/Galuh dari Tasik di Baraka. Tiba-tiba ada berita di Enrekang ada 9 orang teman ditembak musuh.
Sajan pun mati jam 06.00 ditembak musuh. Tiga hari setelah kejadian itu saya harus bertugas di Buntutala yang subur, yang ditinggalkan penduduknya.
Kompi B dapat membunuh pimpinan gerombolan dan merampas senjatanya, lalu saya pulang ke Cakke. Setelah tiga hari meneruskan operasi ke Mario, Palopo Barat, tetapi tidak berhasil karena banyak lebah. Yang bertugas menyelidiki hutan itu Kujang Siliwangi, Raideres Kodam XIV, RPKAD, dan Brimob dengan pagarnya dari Batalion 330, 317 dan 324.
Dalih Andi Salle, pemimpin musuh, mengajak berunding dengan pimpinan saya Kol. M. Yusuf; nyatanya ia ingin membunuh Kol. M. Yusuf. Namun berkat pengorbanan Peltu Daud dan pertolongan Mahmud, Kol. M. Yusuf dapat diselamatkan kemudian terjadi peperangan. Perang semakin dahsyat. Musuh mundur dengan meninggalkan peralatan yang berat-berat.
Tanggal 10 April 1964 Polowali, pusat kekuatan musuh, dapat direbut dan istana Andi Salle dapat diduduki. Pasukan bertugas membasmi anak buah Andi Salle yang bersembunyi di rumah penduduk. Operasi kilat dibagi dua kelompok, yaitu Kompi B dan E, dipimpin Kapten Jaya dengan tugas mengejar gerombolan Andi Salle, sedangkan Kompi A, C dan D dipimpin Dan Yon dengan tugas mengejar Kahar Muzzakar di daerah tenggara.
Andi salle sampai lima bulan belum juga ditemukan, tetapi berkat Taddu tukang gergaji yang biasa membesuk Andi Salle beserta rombongannya, dia melapor pada Siliwangi; akhirnya Andi Salle diserang ke tempat persembunyiannya dengan petunjuk Taddu. Anak buah Andi Salle yang menyerah menceritakan bahwa Andi Salle telah mati akibat jatuh ke jurang san telah dikubur selama 10 hari. Untuk membuktikan kebenarannya mayat Andi Salle digali dari kuburan dan dirawat oleh keluarganya.
Saya mendapat tugas operasi lagi ke Batutandus, daerah yang minus di tenggara untuk membantu kompi lain. Di daerah inilah, Dedi, teman saya hanyut terbawa air ketika menyeberang, mayatnya pun tidak dapat ditemukan. Pagi-pagi berangkat dari Suasua menuju daerah tenggara. Perjalanan memerlukan waktu lima belas hari. Akibatnya kekurangan perbekalan sehingga dikirim dari kapal udara hercules.
Setelah menerima berita Kahar Muzakar tertembak sampai mati dari radio hubungan yang dilaporkan Danki D, semua merasa gembira. Kahar Muzakkar ditembak Ili Sadeli setelah mendapat petunjuk jalan dari anak buah Kahar Muzakkar yang menyerah dan menaruh simpati kepada pasukan Siliwangi. Matinya kahar Muzakkar itu tepat pada hari raya Idul Fitri. Tanggal 18 Maret tahun 1965 pasukan pulang ke Bandung.

PUSAT PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
1986

Tidak ada komentar:

Posting Komentar