Rabu, 02 Juni 2010

NENG YAYA

Sebuah novel yang dikarang oleh Yuhana (nama samaran). Diterbitkan di Jakarta (Batavia) oleh penerbit Boekhandel Krakatau, tahun 1923. novel itu terdiri atas dua jilid. Novel ini menceritakan kisah cinta atau pergaulan bebas di kalangan remaja terpelajar. Latar tempat peristiwa ialah di Bandung dan sekitarnya, yaitu Cimindi, Padalarang di sebelah barat kota Bandung dan dayeuhkolot di sebelah selatan kota Bandung.

Ringkasan Ceritera
Neng Yaya adalah seorang gadis yang sedang meningkat dewasa. Ia anak Raden Sumamijaya, seorang bekas mantri gudang kopi di Cikawati yang kemudian tinggal di Cibeureum desa Cimahi dan tergolong orang berada.
Kedatangan Akhmad, pacar neng Yaya pada suatu sore adalah untuk mengajak menonton tonil di Schowburg yang diselenggarakan oleh Jong Java. Dari percakapan mereka jelas bahwa keduanya adalah muda-mudi yang bergaul bebas, senang berpesta dan berdansa. Ibu Neng Yaya amat membanggakan dan melebih-lebihkan kepandaian anak tunggalnya itu. Di depan Akhmad dengan bangga ia menyebut beberapa nama pemuda yang pernah menyatakan niatnya untuk mempersunting anaknya itu. Semuanya ditolak karena konon mereka itu tata hidupnya ke-Belandaan. Anaknya sendiri tidak mau menerima yang berpaham kuno
Sikap yang membebaskan anaknya bergaul dan bebas mengikuti mode-mode kaum muda ke Belandaan itu ternyata agak bertentangan dengan sikap suaminya, Raden Suma tidak menolak pergaulan pwmuda dan pemudi tetapi selama dalam batas-batas kewajaran, tidak pula terlalu kukuh seperti yang diharuskan oleh agama Islam. Pertentangan paham di antara suami istri itu meningkat menjadi percekcokan kecil dan istrinya berkali-kali menyebut suaminya sebagai kaum-kuno.
Di Showburg, Neng yaya diperkenalkan kepada Saleh, sahabat Akhmad. Pemuda ini anak seorang saudagar kaya di Banten, hidupnya dimanja dan tinggal indekos pada keluarga Tuan Biren di Merdeka Park. Pertunjukan amal yang diselenggarakan oleh Jong Java itu menceritakan sepasang muda-mudai yang sedang bercinta, tetapi kemudian keduanya bunuh diri karena hubungan mereka tidak disetujui orang tuanya. Dalam mengomentari lakon itu, Neng Yaya, Akhmad dan Saleh sepakat bahwa orang tua tidak perlu ikut campur.
Setelah perkenalan pertama itu, Saleh sering datang sendirian ke rumah Neng Yaya. Pada suatu tamasya berdua ke Sangkuriang, sebuah tempat pesiar di Dayeuhkolot, pergaulan mereka semakin akrab melebihi batas persahabatan. Keduanya saling menyatakan jatuh cinta, sekalipun Neng Yaya ingat bahwa ia telah berjanji akan menikah dengan Akhmad.
Sementara itu seorang pemuda bernama Raden Sastra Senjaya, klerk stasiun kereta api di Padalarang adalah seorang pemuda yang cakap, berbudi terpuji, masih membujang, dan hidup sendiri menyewa sebuah rumah. Atas petunjuk Kartobi seorang tukang rem kereta api. Raden Sastra berusaha mendekati Neng Yaya melalui Haji Bakri. Aji ini seorang pemilik perusahaan genteng yang sering memesan gerbong barang. Ia sahabat Raden Soma, ayah neng Yaya.
Setelah beberapa kali bertemu dengan Neng Yaya, Raden Sastra bulat hatinya untuk meminang gadis itu dan Haji Bakri di samping memberikan dorongan juga memberikan jaminan akan diterimanya lamaran itu, serta kebaikan sifat gadis itu. Namun, sebenarnya terutama mempermudah usahanya dalam memesan gerbong-gerbong barang.

………………………………………………………………………………………………………………………………………… bersambung ke buku 2, namun buku 2 tidak ditemukan ……………..

PUSAT PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
1986

Tidak ada komentar:

Posting Komentar