Rabu, 02 Juni 2010

MANUK HIBER KU JANGJANGNA

Novel karangan Soeratmi Soedir Soewandi, diterbitkan oleh Pusaka Sunda di Bandung tahun 1965. buku ini berukuran 21 x 15 cm, tebal 72 halaman serta berbentuk prosa dan puisi (pupuh).
Dalam novel ini pengarang mengemukakan nilai-nilai pendidikan yang diungkapkan melalui perjuangan hidup tokoh utama, seorang anak laki-laki yang ingin keluar dari himpitan kesengsaraan sehingga menjadi orang yang hidup senang.
Pelaku utama, Rahim digambarkan oleh pengarang sebagai seorang anak yang ideal, yang kelakuannya tanpa cacat, ia teladan, baik budi, soleh, rajin, pandai, dan terampil. Rahim digambarkan oleh pengarang sebagai seorang anak yang mulus tanpa sipat-sipat kenakalan sebagaimana lajimnya seorang anak.
Novel ini dilatarbelakangi kehidupan kampung yang tdak aman, karena gangguan gerombolan dan kemudian pindah ke kota.

Ringkasan Ceritera
Pada suatu malam, kampung Madhasim, sebuah kampung yang jauh dari kota yang selalu menjadi sasaran gangguan gerombolan, diserang gerombolan. Rumah-rumah dibakar, penghuninya dibunuh, dan harta bendanya dirampok. Madhasim tertembak dan akhirnya tewas setelah sempat dirawat di klinik para tentara.
Sepeninggal Madhasim, keluarganya jatuh miskin dan terlunta-lunta. Ahmad, anaknya yang sulung pergi mengadu nasib ke kota, sedangkan Rahim adik Ahmad, menumpang hidup pada keluarga Mantri Guru.
Keluarga Mantri Guru sangat menyayangi Rahim. Dia disuruh sekolah bersama-sama dengan Maman, anaknya yang sebaya dengan Rahim. Rahim adalah seorang anak yang jujur, rajin, terampil, cerdas, cekatan, dan tahu akan tugas yang diberikan kepadanya. Di sekolah, dia mempunyai kemampuan yang menonjol dalam mengarang. Tulisannya kadang-kadang dimuat dalam surat kabar, khusus kolom bacaan anak-anak. Honorarium yang ia terima ditabungkannya pada sebuah celengan.
Pada suatu waktu Mantri Guru pindah tugas ke kota, Rahim pun mengikutinya. Maman melanjutkan sekolah ke SMP, sedangkan Rahim ke SGB, karena SGB menyediakan ikatan dinas yang dapat meringankan beban biaya sekolah. Setelah Rahim lulus SGB, ia diangkat menjadi guru sekolah di kota kecil.
Rahim mengajar dengan sungguh-sungguh. Setelah ada kesempatan memanfaatkan waktu luang dia mendaftarkan diri untuk mengikui kurus persamaan SGA. Hidup Rahim mulai senang; uang gaji disisihkannya sebagian untuk membiayai hidup ibunya.

PUSAT PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
1986

Tidak ada komentar:

Posting Komentar